Rabu, 15 April 2015

MEMBANGUN LEARNING TRAJECTORY DAN MENERAPKAN KE DALAM TEACHING TRAJECTORY



Oleh Restu Galih Agung Samekta

Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Meskipun terdapat kesamaan namun memiliki perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain. Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan karena proses berpikir. Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif. Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan yang membedakannya dengan makhluk lainnya.
Pada perkuliahan Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar oleh Prof. Marsigit pada hari Rabu, 8 April 2015 adalah adanya hubungan antara Learning Trajectory (LT) dan Teaching Trajectory (TT) meskipun keduanya merupakan dua hal yang berbeda.  Learning Trajectory dasarnya adalah menjawab pertanyaan bagaimana siswa belajar dan juga mengandung pengertian bagaimana siswa berpikir. Setelah memahami keduanya, maka barulah bagaimana guru menyelenggarakan PBM (Proses Belajar Mengajar), yang biasanya disebut dengan Teaching Trajectory. Mengajar merupakan proses yang komplek, tidak sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada siswa. Karena itu banyak terdapat aneka ragam pengertian mengajar, antara lain. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar.
Mengajar merupakan satu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik tetapi sederhana. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di dalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikkan. Menjadi guru yang ideal, harus mengetahui, bagaimana cara mengajar yang baik, sesuai dengan kebutuhan, keadaan dan kemampuan siswa. Manusia itu berbeda dengan komputer, apabila manusia bertambah imunya manusia tidak akan merasakan, sedangkan apabila komputer kita akan menambah atau mengurang isinya pastinya terlihat kapasitasnya. Oleh karena itu kita harus rajin belajar biar kita betambah ilmunya. Selain itu, kita juga harus senantiasa tawakal, tekun, sabar, dan rajin. Spiritual itu jalannya ke atas, sedangkan ke bawah ada material. Dalam menuju ke spiritual di dalamnya terdapat filsafat, paradigm, dan teori, sedangkan dalam menuju material terdapat pengalaman. Dalam learning trajectory kita belajar berbagai bentuk pengetahuan dan pengalaman. Baik berupa, formal, normatif, spiritual, maupun material. Bentuk formal, yaitu dalam bentuk dokumen antara lain UUD, UU, Perpu, Permendikbud, Kurikulum, Silabus, RPP, LKS. Bentuk normatif, misalnya buku, makalah ilmiah, penelitian, jurnal, filsafat (hakikat, metode, etik dan estetika). Hakikat sendiri ada dua, yaitu berupa wadah (berupa sintak, bisa berhierarki) dan isi (kategori). Bentuk yang lain yaitu bentuk spiritual yang berupa syariat, hakikat, makrifat. Dan yang terakhir yaitu bentuk material, yaitu dalam bentuk konteks dan konten.
Apabila seorang guru hanya berpatokan pada perangkat pembelajaran berarti guru tersebut disebut “ tukang ajar/ tukang ngajar”. Sedangkan guru yang baik dan profesional harus mengetahui setiap tingkatan di atasnya yaitu sesuatu yang dapat dipercaya (akuntabel). Agar guru dapat dipercaya maka guru harus banyak belajar. Belajar dapat dilakukan di mana saja dan dengan berbagai cara. Memahami sebuah makna atau arti serta perlunya metode tetapi tidak melupakan etik dan estetikanya. Makna arti itu selalu ada wadah dan isi. Wadah itu bisa berupa sintaks dan isinya dapat berupa kategori kesimpulannya isi itu tergantung dengan wadahnya. Pada tahapan pola pikir siswa SD memiliki perbedaan dengan siswa SMP atau SMA. Untuk siswa sekolah dasar dalam membelajarkan sesuatu, khususnya matematika harus menggunakan matematika SD, tidak boleh disamakan dengan matematika SMP atau Perguruan tinggi. Guru perlu memperbanyak referensi untuk mebelajarkan kepada siswanya. Kemudian dari teori (referensi) itu diinteraksikan (tidak Cuma dibaca tetapi harus dipahami setiap makna yang ada di dalamnya). Guru perlu memahami material siswanya, sehingga guru harus melakukan hermenitika hidup khususnya dalam bidang pendidikan. Setiap hermenitika di dalamnya terdapat banyak titik perkembangan dan setiap titik itu terdiri dari 3 hal yaitu rutin, penelitian, dan ikhtiar. Jadi sebenar-benarnya hidup adalah meneliti.
Ø  Rutin (kontinou) seperti kita berdoa sehingga  diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh sesorang secara terus menerus bila digambarkan spiral dari ujung hingga akhir sama.
Ø  Pengalaman dapat diartikan sebagai seseorang yang telah belajar sesuatu dan sudah mengetahui makna yang ada di dalamnya. Apabila digambarkan dalam bentuk spiral maka dari depan kebelakang bentuknya semakin mengecil karena berarti orang tersebut semakin focus terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Ø  Ikhtiar dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang yang menjadikan orang tersebut semakin maju dan berkembang dan mengalami perubahan untuk menjadi lebih baik dalam hidupnya. Apabila digambarkan dalam bentuk spiral maka bentknya dari kecil kemudian semakin lama semakin besar karena berkembang dan mengalami perubahan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
Dalam learning trajectory Teori-teori pembelajaran seperti Behaviorism Theory, Social Cognitive Theory, Cognitive Information Processing, Meaningful     Learning Theory, Developmental Approach, Social Formation Theory, Representation and Discovery learning, Constructivist Approac, Social Approach dan Technological Approach kita pelajari kemudian kita harus mengetahui, memahami, dan tahu bagaimana mengaplikasikannya dalam pembelajaran, baik berupa perencanaan maupun pelaksanaan. Bagaimana mengaplikasikannya dalam pembelajaran bisa kita ketahui dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung bisa kita lakukan dengan melakukan pembelajaran langsung. Sedangkan secara tidak langsung dapat kita pelajari dengan cara mengamati dan mengkritisi video pembelajaran.
Selain berbagai teori dan pengaplikasiannya, Learning terjectory juga menyetuh bagaimana cara memperbaiki pembelajaran ataupun menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, yaitu dengan cara didakannya lesson study maupun tema teaching. Pada akhirnya setelah kita mempelajari Learning Trajectory diharapkan  guru mampu menghubungkan semua teori dan mengaplikasikannya, sehingga mampu menjadi fasilitator siswa dalam membangun hidup. Tidak hanya mentransfer ilmu saja. Dari beberapa penjelasan di atas disimpulkan bahwa dalam membangun Lerning Trajectory (LT) dan menerapkannya ke dalam Teaching Trajectory (TT) membutuhkan proses, yang di dalamnya terdapat proses menerjemahkan dan diterjemahkan. Setelah memahami Learning Trajectory sehingga diaplikasikannya ke dalam Teaching Trajectory yaitu bagaimana cara mengajarkannya kepada siswa. Sehingga guru yang berkompeten itu adalah guru yang memiliki beberapa kompetensi seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, pengalaman dari segi normatifnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar