Oleh Restu Galih Agung Samekta
Manusia pada hakekatnya sama saja
dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang
untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Meskipun
terdapat kesamaan namun memiliki perbedaan diantara keduanya terletak pada
dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding
dengan mahluk lain. Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi
merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak
begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan
binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk
lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan karena proses berpikir.
Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya
memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif. Dibanding dengan makhluk
lainnya, manusia mempunyai kelebihan yang membedakannya dengan makhluk lainnya.
Pada perkuliahan Pengembangan
Learning Trajectory Pendidikan Dasar oleh Prof. Marsigit pada hari Rabu, 8
April 2015 adalah adanya hubungan antara Learning Trajectory (LT) dan Teaching
Trajectory (TT) meskipun keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Learning Trajectory dasarnya adalah menjawab
pertanyaan bagaimana siswa belajar dan juga mengandung pengertian bagaimana
siswa berpikir. Setelah memahami keduanya, maka barulah bagaimana guru
menyelenggarakan PBM (Proses Belajar Mengajar), yang biasanya disebut dengan
Teaching Trajectory. Mengajar merupakan proses yang komplek, tidak sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan
yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik
pada siswa. Karena itu banyak terdapat aneka ragam pengertian mengajar, antara
lain. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar.
Mengajar merupakan satu perbuatan
yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan
pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan
tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik
tetapi sederhana. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang
belajar yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan
manusia di dalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikkan. Menjadi guru
yang ideal, harus mengetahui, bagaimana cara mengajar yang baik, sesuai dengan
kebutuhan, keadaan dan kemampuan siswa. Manusia itu berbeda dengan komputer,
apabila manusia bertambah imunya manusia tidak akan merasakan, sedangkan
apabila komputer kita akan menambah atau mengurang isinya pastinya terlihat
kapasitasnya. Oleh karena itu kita harus rajin belajar biar kita betambah
ilmunya. Selain itu, kita juga harus senantiasa tawakal, tekun, sabar, dan
rajin. Spiritual itu jalannya ke atas, sedangkan ke bawah ada material. Dalam
menuju ke spiritual di dalamnya terdapat filsafat, paradigm, dan teori,
sedangkan dalam menuju material terdapat pengalaman. Dalam learning trajectory
kita belajar berbagai bentuk pengetahuan dan pengalaman. Baik berupa, formal,
normatif, spiritual, maupun material. Bentuk formal, yaitu dalam bentuk dokumen
antara lain UUD, UU, Perpu, Permendikbud, Kurikulum, Silabus, RPP, LKS. Bentuk
normatif, misalnya buku, makalah ilmiah, penelitian, jurnal, filsafat (hakikat,
metode, etik dan estetika). Hakikat sendiri ada dua, yaitu berupa wadah (berupa
sintak, bisa berhierarki) dan isi (kategori). Bentuk yang lain yaitu bentuk
spiritual yang berupa syariat, hakikat, makrifat. Dan yang terakhir yaitu
bentuk material, yaitu dalam bentuk konteks dan konten.
Apabila seorang guru hanya berpatokan pada perangkat pembelajaran
berarti guru tersebut disebut
“ tukang
ajar/ tukang ngajar”. Sedangkan
guru yang baik dan profesional harus mengetahui setiap tingkatan di atasnya
yaitu sesuatu yang dapat dipercaya (akuntabel). Agar guru dapat dipercaya maka
guru harus banyak belajar. Belajar dapat dilakukan di mana saja dan dengan
berbagai cara. Memahami sebuah makna atau arti serta perlunya metode tetapi tidak melupakan etik dan estetikanya. Makna arti itu selalu ada wadah
dan isi. Wadah itu bisa berupa sintaks dan isinya dapat berupa kategori
kesimpulannya isi
itu tergantung dengan wadahnya.
Pada
tahapan pola pikir siswa SD memiliki perbedaan dengan siswa SMP atau SMA. Untuk siswa sekolah dasar dalam membelajarkan sesuatu,
khususnya matematika harus menggunakan matematika SD, tidak boleh disamakan
dengan matematika SMP atau Perguruan tinggi. Guru perlu memperbanyak referensi untuk mebelajarkan kepada siswanya.
Kemudian dari teori (referensi) itu diinteraksikan (tidak Cuma dibaca tetapi
harus dipahami setiap makna yang ada di dalamnya). Guru perlu memahami material siswanya,
sehingga guru harus
melakukan hermenitika hidup khususnya dalam bidang pendidikan. Setiap
hermenitika di dalamnya terdapat banyak titik perkembangan dan setiap titik itu
terdiri dari 3 hal yaitu rutin, penelitian, dan ikhtiar. Jadi sebenar-benarnya
hidup adalah meneliti.
Ø
Rutin
(kontinou) seperti kita berdoa sehingga diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan oleh sesorang secara terus menerus
bila digambarkan spiral dari ujung hingga akhir sama.
Ø
Pengalaman
dapat diartikan sebagai seseorang yang telah belajar sesuatu dan sudah mengetahui
makna yang ada di dalamnya. Apabila digambarkan dalam bentuk spiral maka dari
depan kebelakang bentuknya semakin mengecil karena berarti orang tersebut
semakin focus terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Ø
Ikhtiar
dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang yang menjadikan
orang tersebut semakin maju dan berkembang dan mengalami perubahan untuk
menjadi lebih baik dalam hidupnya. Apabila digambarkan dalam bentuk spiral maka
bentknya dari kecil kemudian semakin lama semakin besar karena berkembang dan
mengalami perubahan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dari waktu ke
waktu.
Dalam learning trajectory
Teori-teori pembelajaran seperti Behaviorism Theory, Social Cognitive
Theory, Cognitive Information Processing, Meaningful Learning
Theory, Developmental Approach, Social Formation Theory, Representation
and Discovery learning, Constructivist Approac, Social Approach dan
Technological Approach kita
pelajari kemudian kita harus mengetahui, memahami, dan tahu bagaimana
mengaplikasikannya dalam pembelajaran, baik berupa perencanaan maupun
pelaksanaan. Bagaimana mengaplikasikannya dalam pembelajaran bisa kita ketahui
dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung bisa
kita lakukan dengan melakukan pembelajaran langsung. Sedangkan secara tidak
langsung dapat kita pelajari dengan cara mengamati dan mengkritisi video
pembelajaran.
Selain
berbagai teori dan pengaplikasiannya, Learning terjectory juga menyetuh
bagaimana cara memperbaiki pembelajaran ataupun menyelesaikan masalah dalam
pembelajaran, yaitu dengan cara didakannya lesson study maupun tema teaching.
Pada akhirnya setelah kita mempelajari Learning Trajectory diharapkan guru mampu menghubungkan semua teori dan
mengaplikasikannya, sehingga mampu menjadi fasilitator siswa dalam membangun
hidup. Tidak hanya mentransfer ilmu saja. Dari beberapa penjelasan di atas disimpulkan bahwa dalam membangun Lerning Trajectory (LT) dan menerapkannya ke dalam Teaching Trajectory (TT) membutuhkan
proses,
yang di dalamnya terdapat
proses menerjemahkan dan diterjemahkan. Setelah memahami
Learning Trajectory sehingga
diaplikasikannya ke dalam Teaching
Trajectory yaitu bagaimana cara mengajarkannya kepada siswa. Sehingga guru
yang berkompeten itu adalah guru yang memiliki beberapa kompetensi seperti
pengetahuan, sikap, keterampilan, pengalaman dari segi normatifnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar