Teori Belajar yaiu:
Behaviorism Theory, Social Cognitive Theory, Cognitive Information
Processing, Meaningful Learning Theory, Developmental Approach, Social
Formation Theory, Representation and Discovery learning, Constructivist
Approach, Social Approach, dan Technological Approach. Berdasarkan teori belajar diatas, memiliki
keterkaitan satu dengan yang lain dan teori diatas memiliki kelebihan serta
kekurangan masing-masing sehingga teori diatas bisa saja digabungkan agar
memiliki keterkaitan dalam dunia pendidikan.
Perkembangan kognitif siswa SD masih dalam tahapan operasi
konkrit. Pada tahap operasi konkrit, siswa mampu berpikir logis melalui
objek-objek konkrit, dan merupakan permulaan berpikir rasional. Kegiatan
belajar dan berpikir anak pada tahap operasi konkrit sebagian besar melalui
pengalaman nyata yang berawal dari proses interaksi dan bukan dengan lambang,
gagasan atau abtraksi. Belajar suatu
aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri
pembelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan
tingkah laku. Untuk memperoleh pengalaman dalam belajar sehingga
dibutuhkan interaksi antara orang dewasa dan anak serta perlunya interaksi
dengan lingkungan. Mengingat setiap individu dari masing-masing anak memiliki
keunikan yang beragam karena dibesarkan dengan kondisi yang berbeda-beda maka
pendekatan yang diberikan oleh guru akan
berbeda-beda. Interaksi yang terjadi seperti guru memberikan sebuah stimulus ke pada anak, dari stimulus akan
dipeoleh berupa respon atau reaksi yang dipeolehnya sehingga akan terjadinya hubungan
timbal balik. Pendampingan orang dewasa terhadap anak akan berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif anak. Diharapkan dengan interaksi sosial tersebut anak
bisa belajar dari hal yang paling sederhana (bekal yang dimiliki sebelumnya)
dengan pendampingan anak mampu mengembangkan kemampuan yang dimilki menuju
kearah yang lebih kompleks serta mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki pendampingan perlu dilakukan secara
terus menerus agar mampu menggunakan kemampuan yang dimiliki selama proses
pembelajaran berlangsung. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan aktif
yang dilakukan siswa untuk membangun pengetahuan dan aktif mencari pengetahuan
kemudian mengkonstruksi pengetahuan tersebut dalam pikirannya. Pembelajaran konstruktivis terpusat pada siswa
(student centre intruction), siswa
sudah membawa pengetahuan dari awal dan tugas guru membantu agar siswa
mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan kebutuhan dan situasi siswa. Ketika
anak menghadapi permasalahan yang baru dengan kondisi yang berbeda bahkan dalam
lingkungan yang berbeda. anak akan berusaha mengaitkan pengalaman yang dimiliki
sebelumnya dengan kondisi yang diamati ataupun keadaan yang berberda sehingga
siswa berusaha mengkonsktruksikan dengan penemuan-penemuan baru tersebut.
Sehingga anak akan memperoleh pengetahuan yang baru karena siswa menyelesaikan
masalah yang dihadapi membuat proses memperoleh pengetahuan anak akan bermakna
dan tersimpan dalam ingatan yang cukup lama dan merubah perilaku anak tersebut.
Perlunya berbagai pendekatan diantaranya pendekatan sosial dan tehnoligi agar
kemampuan dari hasil belajar dan pengalaman menunjukkan perubahan tingkah laku.